Rabu, 19 Desember 2018

@Allah Selalu Punya Cara Tersendiri Untuk Menyatukan Yang Berjodoh dan Memisahkan Yang Tak Berjodoh

Allah selalu punya cara tersendiri untuk menyatukan yang berjodoh dan memisahkan yang tak berjodoh, maka nikmati saja segala proses dari-Nya dengan penuh syukur dan kesabaran.

Terutama bagi yang belum bertemu dengan jodohnya, percayalah bahwa bila waktunya tiba Allah akan mempertemukanmu dengan jodoh terbaik, yang nantinya tidak hanya bertemu tapi bersatu dalam ikatan yang pasti, yaitu pernikahan.

Dan bagi yang telah meyakini ia adalah jodoh terbaik, tetapi tiba-tiba Allah mentakdirkan berpisah, maka bersabarlah pula, jangan dulu berprasangka buruk pada Allah dengan terus mengeluhkan keadaan dan menyalahkan takdir.
Karena Allah lebih tahu dari sekedar apa yang kau inginkan dalam hidup ini, jauh dari itu Allah lebih tahu apa yang benar-benar kamu butuhkan, bisa jadi alasan Dia membuatnya jauh darimu tak lain hanya karena Allah telah menyediakan jodoh yang lebih pantas untukmu. Bersabarlah dan ikhlaslah.

Ingatlah dengan bijaksana, bahwa semuanya hanya tentang takdir, takdir terbaik dari sang pemberi kehidupan. Jadi, keterlambatan dan terlelau cepat sekalipun semuanya hanya Allah yang lebih tahu apa tujuan sebenarnya, dan tugasmu sebagai hamba-Nya hanya meyakini bahwa segala takdirnya adalah yang terbaik untukmu.

Jadi, jika saat ini kamu masih tetap sendiri dan menurutmu tidak ada sinyal-sinyal untuk bertemu dengan jodoh, tetaplah tenang !

Tidak usah merasa khawatir, sebab bila sinyalmu tetap kuat untuk meyakini kuasa Allah selalu luar biasa, maka dengan luar dugaan akalpun ia akan datang dengan jalan yang tak disangka-sangka dan sudah pasti semuanya akan indah pada akhirnya.

Maka, tidak usah merasa khawatir jika saat ini kamu belum berjodoh, karena Allah lebih tahu kapan kau harus bertemu dengan jodohmu, tugasmu hanya terus menjaga dirimu secara baik dan benar agar Allah menghadiahkanmu jodoh yang baik pula untukmu.

Tidak usah merasa gelisah saat umurmu menurutmu sudah baik untuk berjodoh tapi belum juga bertemu dengan jodoh yang pasti, sebab Allah lebih tahu kapan kau benar-benar siap bertemu dengan jodohmu.  

Maka teruslah berikhtiar dengan bijak, terutama dalam berdoa pada-Nya, mintalah petunjuk-Nya dengan kerendahan hati yang tulus, agar waktu terbaik bertemu jodoh secepatnya Allah tetapkan untukmu.

Dan tidak usah merasa ringkih terlalu dalam bagimu hati yang tengah hancur karena seseorang yang selama ini disemogakan dalam doa tiba-tiba menjauh pergi darimu, atau tanpa kejelasan pasti meningglkanmu, sebab Allah sudah sediakan yang terbaik untukmu.

Maka, percaya saja bahwa kisah menyakitkan ini adalah jalan terbaik untuk menyambut cinta yang hakiki, dan cinta terbaik yang akan menjadikanmu lebih baik dimasa yang akan datang.

Jadi, berhentilah menangisi apa-apa yang sudah terjadi, bersyukurlah dengan bijaksana karena segala sesuatunya akan tetap menjadi baik-baik saja bila hati kita pasrah dan terus mengharapkan yang terbaik dari Allah.

Tidak usah terpuruk terlalu lama hanya karena cinta yang tak pasti, sabar ini semua ujian, sebab Allah tahu cinta seperti apa yang benar-benar pantas untukmu.

Jika yang kau sesali adalah karena menurutmu dia adalah sosok yang baik, maka sudah tentu nantinya kau akan terkejut ketika Allah memberikanmu ganti yang terbaik menurut-Nya.

Hatimu akan terenyuh bila menyadari bahwa baik itu belum tentu terbaik, tetapi saat Allah mengatakan dia terbaik untukmu, maka sudah tentu dia akan selalu menjadikanmu merasa baik, hanya tergantung bijaksananya hatimu dalam menerima ketentuan-Nya.

Maka, percayalah Allah selalu memberi yang terbaik untuk hamba-hambanya, tugasmu hanya yakini saja dengan bijaksana apa yang menjadi ketetapan-Nya.

Jika jodoh terbaik itu belum datang juga, bersabarlah dengan bijaksana dan teruslah istiqamah menjaga diri, agar jodoh terbaik dari Allah benar-benar membuatmu baik.

Dan ketika yang terbaik menurutmu pergi, maka bijaksanakanlah hatimu untuk selalu berprasangka baik pada Allah, dan belajarlah untuk tetap tenang dengan keikhlasan, sebab Allah pasti akan memberi ganti yang jauh lebih baik untukmu.

Amiiin Yaa Rabb





Sabtu, 19 November 2016

@Sekedar goresan tinta.

Meski sekedar goresan tinta, cukup membantu menjadi teman senyap.
Menggoreskan setiap pengalaman demi pengalaman, sebagai nasehat pribadi.
Tak mesti semua apa yang dialami dan semua apa yang dirasakan, tertuang dalam goresan tinta ini.
Adakalanya disudut kehidupan hanya Rabb yang berhak mengetahuinya.
Teruslah berkarya, walau hanya dengan tinta sederhana.
Tuangkanlah apa yang menurut kita layak untuk ditulis.
Teruslah menggoreskan tinta, meski itu sederhana.
Yang kata-katanya tidak menaruh luka pada setiap pembaca.

^_^





Rabu, 18 Maret 2015

@Mempertinggi Sinyal Perasaan


Menjadi manusia jangan hanya merasa bisa, tapi harus bisa merasa. Merasa bisa itu penting untuk menghargai kemampuan sendiri dan mendorong diri untuk mengeksplor  potensi yang ada didalamnya untuk mencari dan menemukan sesuatu. Tapi itu dalam arti yang terukur, tidak boleh sensasional. Karena pasti akan melahirkan sifat takabur, menepuk dada, sombong, riya, dan sebagainya. Dan ujung-ujungnya akan membuat kebaikan kita menjadi sia-sia serta keberadaan kita menjadi penyakit bagi lingkungan sosial. Oleh karenanya merasa bisa itu diletakkan dalam porsi yang proposional obyektif untuk membangun dan mengembangkan potensi diri secara berkelanjutan. Tetapi bisa merasa itu juga jauh lebih penting  untuk mewujudkan rasa dan perilaku kemanusiaan kita  pada sesama. Bisa merasa juga merupakan perubahan perasaan untuk mengikis sifat egois dan individualistik pada diri kita. Dan selanjutnya membangun sifat sosial untuk empati dan peduli terhadap orang yang  sedang membutuhkan  bantuan kita . Disinilah lahir sifat filantropi (kedermawanan) untuk membagi kebaikan pada sesama.

Kita bersyukur hidup didalam era kemajuan dan kemoderenan, tetapi era ini juga telah  mendepak sejumlah nilai-nilai sakral  dalam kehidupan kita. Katakanlah seperti hilangnya filantropi dan merasa kaya sendiri dengan sifat individualistiknya. Bisa merasa sepertinya lebih kecil dari pada merasa bisa. Akibatnya dimana-mana terdapat kekeringan perilaku sosial, yang ada hanyalah kepentingan pribadi. Bahkan yang paling memprihatinkan kita adalah mencari dan mendapatkan  kepentingan pribadi dengan mengatasnamakan rakyat/masyarakat. Atau dengan pengertian  lain  menjual rakyat untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Mengapa bisa terjadi? Itulah penampakan sinyal dari perasaan yang rendah sehingga hatinya tumpul, tidak menangkap jeritan dan penderitaan sesama. Karenanya keberanian memotong antena perasaan pribadi dan mempertinggi antena perasaan sosial itu lebih penting untuk memperluas kawasan sinyal perasaan menangkap  jeritan  manusia semesta. Nabi Saw pernah mengingatkan  kita dalam hadisnya ”Innamatunsharuna, waturzaquna bi dhuafaikum” Sesungguhnya kamu mendapatkan pertolongan dan mendapat rizki dari Allah karena doanya orang-orang lemah diantara kamu. “Subhannallah”, betapa baiknya kaum dhu’afa, kita dengan doa mereka memberikan konstribusi spiritual dan sosial yang cukup signifikan pada kita yang merasa sebagai  kelompok masyarakat berpunya (the have). Tanpa kita sadari  bahwa yang kita miliki itu adalah  pemberian gratis lagi mulia karena do’a dari kaum yang tidak berpunya (the have not). Bisa kita bayangkan bagaimana  jadinya keberadaan kita kalau kaum dhu’afa semuanya berdo’a mengutuk  kita karena terzalimi?. Tentunya lebih dasyat dari Sunami Aceh. Oleh karena itu teologi Al-Maun dengan triloginya yaitu: Iman, Ilmu dan Amal menjadi sangat penting untuk mempertinggi sinyalnya perasaan kita terhadap kaum dhu’afa. Perhatikan firman Allah: “Taukah kamu orang yang mendustakan Agama? Itulah orang-orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang sholat. Yaitu orang yang lalai dari Sholatnya. Orang-orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang berguna” ( Qs Al-Maun: 1-7). Fahami benar-benar maksud ayat tersebut, kemudian lakukan apa yang kita bisa untuk  mereka kaum dhu’afa. Sehingga paling tidak kita terbebaskan sebagai pendusta agama. Semoga!