Selasa, 06 Desember 2011

@ Sebaik-baik manusia

Sebaik-baik Manusia K.H. Abdullah Gymnastiar Sungguh beruntung bagi siapapun yg dikaruniai Allah kepekaan utk mengamalkan aneka pernik peluang kebaikan yg diperlihatkan Allah kepadanya. Beruntung pula orang yg dititipi Allah aneka potensi kelebihan oleh-Nya dan dikaruniakan pula kesanggupan memanfaatkan utk sebanyak-banyak umat manusia.

Karena ternyata derajat kemuliaan seseorang dapat dilihat dari sejauhmana diri punya nilai manfaat bagi orang lain. Rasulullah SAW dalam hal ini bersabda “Sebaik-baik manusia diantaramu adl yg paling banyak manfaat bagi orang lain” {H.R. Bukhari}.

Seakan hadis ini mengatakan bahwa jikalau ingin mengukur sejauhmana derajat kemuliaan akhlak kita maka ukurlah sejauhmana nilai manfaat diri ini? Kalau menurut Emha Ainun Nadjib harus tanyakan pada diri ini apakah kita ini manusia wajib sunat mubah makhruh atau malah manusia haram? Apa itu manusia wajib? Manusia wajib ditandai jikalau ada sangat dirindukan sangat bermanfaat bahkan perilaku membuat hati orang disekitar tercuri. Tanda-tanda yg nampak dari seorang ‘manusia wajib’ diantara dia seorang pemalu yg jarang mengganggu orang lain sehingga orang lain merasa aman darinya. Perilaku keseharian lbh banyak kebaikannya. Ucapan senantiasa terpelihara ia hemat betul kata-kata sehingga lbh banyak berbuat daripada hanya berbicara.

Sedikit kesalahan tak suka mencampuri yg bukan urusan dan sangat ni’mat kalau ia berbuat kebaikan. Hari-hari tak lepas dari menjaga silaturahmi sikap penuh wibawa penyabar selalu berterima kasih penyantun lemah lembut bisa menahan dan mengendalikan diri serta penuh kasihsayang.
Sama sekali bukan kebiasaan bagi yg akhlak baik perilaku melaknat memaki-maki memfitnah menggunjing bersikap tergesa-gesa dengki bakhil ataupun menghasut. Justru ia selalu berwajah cerah ramah tamah mencintai krn Allah membenci krn Allah dan marah pun krn Allah SWT subhanallah demikian indah hidupnya.

Karena siapapun di dekat pastilah akan tercuri hatinya. Kata-kata akan senantiasa terngiang-ngiang. Keramahan pun benar-benar menjadi penyejuk bagi hati yg sedang membara. Jikalau saja orang berakhlak mulia ini tak ada maka siapapun akan merasa kehilangan akan terasa ada sesuatu yg kosong di rongga kalbu ini. Orang yg wajib ada pasti penuh manfaat dan kalau tak ada siapapun akan merasa kehilangan. Begitulah kurang lbh perwujudan akhlak yg baik dan ternyata ia hanya akan lahir dari semburat kepribadian yg baik pula.

Kalau orang yg sunah keberadaan bermanfaat tapi kalaupun tak ada tak tercuri hati kita. Tidak ada rongga kosong akibat rasa kehilangan. Hal ini terjadi mungkin karena kedalaman dan ketulusan amal belum dari lubuk hati yg paling dalam. Karena hati akan tersentuh oleh hati lagi. Seperti hal kalau kita berjumpa dengan orang yg berhati tulus perilaku benar-benar akan meresap masuk ke rongga kalbu siapapun.
Sedangkan orang yang mubah ada dan tak ada tak berpengaruh. Di kantor kerja atau bolos sama saja. Seorang pemuda yg ketika ada di rumah keadaan menjadi berantakan dan kalau tak adapun tetap berantakan. Inilah pemuda yg mubah. Ada dan tiada tak membawa manfaat dan tak juga membawa mudharat.

Adapun orang yg makruh keberadaan justru membawa mudharat dan kalau dia tak ada tak berpengaruh. Arti kalau dia datang ke suatu tempat maka orang merasa bosan atau tak senang. Misal ada seorang ayah sebelum pulang dari kantor suasana rumah sangat tenang tetapi seketika klakson dibunyikan tanda bahwa ayah sudah datang anak-anak malah lari ke tetangga ibu cemas dan pembantu pun sangat gelisah. Inilah seorang ayah yg keberadaan menimbulkan masalah. Seorang anak yg makruh kalau pulang sekolah justru masalah pada bermunculan dan kalau tak pulang suasana malah menjadi aman tentram. Ibu yg makruh diharapkan anak-anak utk segera pergi arisan daripada ada di rumah. Sedangkan karyawan yang makruh kehadiran di tempat kerja hanya melakukan hal yg sia-sia daripada bersungguh-sungguh menunaikan tugas kerja.

Lain lagi dgn orang bertipe haram keberadaan malah dianggap menjadi musibah sedangkan ketiadaan justru disyukuri. Jikasaja dia pergi ngantor justru perlengkapan kantor pada hilang maka ketika orang ini dipecat semua karyawan yg ada malah mensyukurinya. Masya Allah tak ada salah kita merenung sejenak tanyakan pada diri ini apakah kita ini anak yang menguntungkan orang tua atau malah hanya jadi benalu saja? Masyarakat merasa mendapat manfaat tak dgn kehadiran kita? Ada kita di masyarakat sebagai manusia apa wajib sunah mubah makhruh atau haram? Kenapa tiap kita masuk ruangan teman-teman malah pada menjauhi apakah krn perilaku sombong kita? Kepada ibu-ibu hendak tanyakan pada diri masing-masing apakah anak-anak kita sudah merasa bangga punya ibu seperti kita? Pu manfaat tak kita ini? Bagi ayah cobalah mengukur diri saya ini seorang ayah atau seorang gladiator? Saya ini seorang pejabat atau seorang penjahat? Kepada para mubaligh harus berta nih benarkah kita menyampaikan kebenaran atau hanya mencari penghargaan dan popularitas saja? Nampak saat bercermin seyogya tak hanya memperhatikan wajah saja tapi pandanglah akhlak dan perbuatan yg telah kita lakukan. Sayang jarang orang berani jujur dgn tak membohongi diri sering malah merasa pinter padahal bodoh merasa kaya padahal miskin merasa terhormat padahal hina. Padahal utk berakhlak baik kepada manusia awal dgn berlaku jujur kepada diri sendiri.

Kalaupun mendapati orang tua kita berakhlak buruk. Sadarilah bahwa darah daging melekat pada diri kita karena kita harus berada di barisan paling depan utk membela demi keselamatan dunia dan akhiratnya. Bagi orang tua yg belum Islam kewajiban seorang anaklah yg bertanggung jawab mengikhtiarkan jalan hidayah. Apabila orang tua berlumur dosa dan belum mau melakukan shalat maka seorang anaklah yg berada pada barisan pertama membantu orang tua kita menjadi seorang ahli ibadah dan ahli taubat. Ingatlah walau bagaimanapun kita punya hutang budi pada orang tua kita. Keburukan yg ada pada mereka jangan menjadikan kebencian jangan pula menyalahkan dan menyesali diri “kenapa saya lahir dari orang tua yg sudah cerai?” misalnya. Atau adapula anak yg sibuk menyalahkan diri krn tak pernah tahu keberadaan orang tuanya. Sama sekali tak akan menyelesaikan masalah jika hanya menyalahkan keadaan. Lebih baik kita tanyakan pada diri ini apakah sudah punya manfaat tak kita ini? Makin banyak manfaat yg kita lakukan dgn ikhlas insya Allah itulah rizki kita.

Begitu pula terhadap lingkungan kita harus punya akhlak tersendiri. Seperti pada binatang kalau tak perlu tak usah kita menyakitinya. Ada riwayat seorang ibu ahli ibadah tapi Allah malah mencap sebagai ahli neraka. Mengapa? Ternyata krn si ibu ahli ibadah ini pernah mengurung kucing dalam sebuah tempat sehingga si kucing tak mendapatkan jalan keluar utk mencari makan padahal oleh si ibu tak pula diberi makan sampai akhir kucing itu mati. Karena walau si ibu ini ahli ibadah tapi Allah melaknat krn akhlak pada makhluk jelek.
Kadang aneh kita ini ketika duduk di taman nan hijau entah sadar atau tak kita cabuti rumput atau daun-daunan yg ada tanpa alasan yg jelas. Padahal rumput daun dan tumbuh-tumbuhan yg ada di alam semesta ini semua sedang bertasbih kepada-Nya. Yang paling baik adl jangan sampai ada makhluk apapun di lingkungan kita yg tersakiti. Termasuk ketika menyiram atau memetik bunga tanaman atau tumbuhan lain hendaklah dgn hati-hati krn tanaman juga mengerti apa yg dilakukan kita kepadanya. Dikisahkan ketika Nabi SAW pindah mimbar yg asal menyandar pada sebuah pohon kurma maka pohon kurma itu diriwayatkan sangat sedih dan menangis krn ia telah ditinggalkan sebagai alat bantu Rasulullah SAW dalam menyampaikan ilmu kepada para sahabatnya.

Kejadian lain adalah ketika seorang hamba yg shalih dihampiri seekor singa yg mengaum-ngaum seakan hendak menerkamnya. Tentu saja semua orang yg melihat kejadian ini berlari ketakutan. Aneh hamba yg shalih ini sama sekali tak kelihatan merasa takut kenapa? Karena dia yakin bahwa singa juga makhluk dalam genggaman Allah dan sama-sama sedang bertasbih kepada-Nya. Seraya mengajak berbicara layak pada makhluk yg bisa diajak bicara “Mau apa kesini? Kalau tak ada kewajiban dari Allah dan hanya utk mengganggu masyarakat alangkah baik engkau pergi” maka pergilah singa itu subhanallah. Demikianlah orang yang takut hanya kepada Allah makhluk pun tunduk kepadanya.

Seperti hal ketika ada ular di halaman rumah maka bagi orang yg akhlak baik dan dia merasa tak terganggu sama sekali dia tak akan membunuh malah ditolong si ular ini utk bisa kembali ke habitat itu yg lbh baik. Kalaupun dirasa mengganggu sehingga tak ada jalan lain kecuali harus dibunuh maka ia akan membunuh dgn cara terbaik dan tak lupa disebut asma Allah. Jadilah proses membunuh ular ini sebagai ladang amal.

Betapa indah pribadi yg penuh pancaran manfaat ia bagai cahaya matahari yg menyinari kegelapan menjadikan tumbuh benih-benih bermekaran tunas-tunas merekah bunga-bunga di taman hingga menggerakkan berputar roda kehidupan. Demikianlah cahaya pribadi kita hendak mampu menyemangati siapapun bukan hanya diri kita tetapi juga orang lain dalam berbuat kebaikan dgn full limpahan energi karunia Allah Azza wa Jalla Zat yg Maha Melimpah energi-Nya subhanallah. Ingatlah hidup hanya sekali dan sebentar saja sudah sepantas kita senantiasa memaksimalkan nilai manfaat diri ini yakni menjadi seperti yg disabdakan Nabi SAW sebagai khairunnas. Sebaik-baik manusia! Insya Allah. ** 

sumber : file chm bundel Tausyiah Manajemen Qolbu Aa Gym

Tidak ada komentar: