Sahabat, tak ada satu pun manusia yang menginginkan kegagalan, semua
ingin sebaliknya. Tapi tak satupun manusia dapat menolak kegagalan,
sebab ia hadir dalam setiap milio kehidupan. Kegagalan adalah
ukuran-ukuran yang tak pernah baku takarannya. Setiap orang berbeda.
Setiap zaman berbeda. Setiap tempat berbeda. Karenanya kegagalan selalu
memilki makna yang berbeda…
Mengapa berbeda?
Sahabat, untuk menjawab pertanyaan di atas, maka kita perlu memahami
anatomi kegagalan. Kegagalan adalah persepsi. Persepsi yang timbul
karena adanya gap antara harapan dan kenyataan. Tak peduli gap itu jauh
atau tidak, tipis atau menganga, adanya gap itulah yang disebut
kegagalan.
Karena kegagalan adalah persepsi, maka besarnya nilai kegagalan pada
setiap orang tergantung persepsinya. Jika persepsi anda tentang sekolah
adalah naik kelas, maka peristiwa tinggal kelas adalah musibah dan
bencana. Tapi jika persepsi anda tentang sekolah adalah ilmu, maka
persitiwa tinggal kelas hanyalah masalah waktu. Persitiwa yang sama,
tetapi memiliki makna berbeda. Sebab lahir dari persepsi yang berbeda…
Nah sahabat! Dalam persepsi inilah terletak sebuah syubhat. Syubhat,
sebab ada unsur ketidakpastian di dalamnya. Sesuatu yang kita persepsi
baik untuk kita, belum tentu benar-benar baik untuk kita. Dan sesuatu
yang kita persepsi buruk, belum tentu sungguh-sungguh buruk untuk kita.
Dari sinilah kita mengenal hikmah.
Kegagalan yang menyebabkan kita tahu penyebabnya adalah hikmah…
Kegagalan yang mengingatkan kita pada keterbatasan diri adalah hikmah…
Kegagalan yang menyadarkan kita tentang kerendahan hati adalah hikmah…
Kegagalan yang menuntun kita pada jalan kesuksesan adalah hikmah…
Kegagalan yang menyelamatkan kita dari keterlanjuran adalah hikmah…
Kegagalan yang mengingatkan kita pada Tuhan, juga adalah hikmah…
Dibalik kegagalan, selalu ada hikmah…
Tapi sahabat, tidak semua orang mampu melihat hikmah. Mereka yang
mata hatinya selalu tertutup dan pandangan hidupnya penuh prasangka
tidak akan mampu melihat hikmah sebuah kegagalan. Bagi mereka kegagalan
itu adalah musibah, bencana, bahkan mungkin azab. Sehingga kumpulan
kegagalan yang dialami terus membebani seperti gunung yang terus
bertambah. Hidup mereka suram, putus asa, penuh prasangka…
Tetapi bagi mereka yang mata hatinya selalu terbuka, kegagalan
senantiasa memberikan jutaan ibrah. Kegagalan seperti rambu-rambu jalan
yang menjadi penuntunnya menemukan rel yang sesungguhnya. Kegagalan
menjadi pertanda semakin dekatnya pintu kesuksesan. Seperti ribuan kali
kegagalan Alfa Edison mengantarkannya pada penemuan bola lampu yang
menerangi dunia. Seperti juga ratusan kali kegagalan Kolonel Sanders
mengantarkannya pada resep fried chicken yang menghipnotis lidah
penduduk bumi.
Sahabat, mungkin saja kegagalan kita kali ini adalah pertanda semakin
dekatnya tujuan. Mungkin saja kegagalan kita hari ini adalah cara Allah
menyadarkan kita tentang celah-celah kekurangan yang mesti kita tambal.
Mungkin saja kegagalan kita sekarang ini untuk menunjukkan
kebocoran-kebocoran yang mesti kita tutupi, agar pejalanan menuju tujuan
akhir lebih lapang. Semua ada hikmahnya. Dan hanya hati yang jernih dan
pikiran terbuka mutiara hikmah dari kegagalan hari ini dapat kita
temukan…
So, buka hati, jernihkan pikiran, dan maknailah kekalahan kita hari ini, sobat…
_mutiara hikmah_