Minggu, 22 Januari 2012

@ Apakah Akhwat Tarbiyah “gampangan?”

Semula saya hanya merasa bahwa kata-kata gampangan itu hanya guyonan diantara kader-kader tarbiyah. Gampangan disini berarti memudahkan, bukan berkonotasi yang jelek! Tidak ada rasa atau maksud apapun saat membicarakannya. Tetapi, saat pada waktu lain. Saya berbicara dengan kader harakah lain. Saya merasa terpukul dengan ucapan seorang kader itu. Kebetulan saat itu yang beberapa kali saya temui adalah kader salafi. Bermula dari chatting. Saya di PV (Privat chat) oleh seorang ikhwan. Dia mengaku kader tarbiyah, dan ingin dicarikan saorang akhwat untuk dijadikan istrinya. Beberapa saat saya chatting dengan ikhwan itu, ternyata saat lama saya chatting dengan ikhwan itu. Terasa ada kejanggalan yang saya rasakan. Alhamdulillah, saya akhirnya tahu kalau dia ikhwan salafi. Saya tahu dari teman chat saya yang berprofesi sebagai OP (Operator) sebuah channel chatting Islam. Beberapa kali saya diklik oleh ikhwan-ikhwan, untuk diminta mencarikan seorang akhwat untuk dinikahi dengan selalu berkedok kader tarbiyah (Mana ada kader ikhwan tarbiyah mencari jodoh dichatting! Karena begitu banyaknya kader akhwat tarbiyah yang masih mengantri untuk dinikahi. Dan akhwat kader terbiyah sangat banyak). Ternyata mereka tak lain adalah kader-kader harakah lain, dan salafi. Tetapi Alhamdulillah, saya tidak dengan mudah menyerahkan saudari-saudari saya dengan ikhwan yang tidak saya kenal. Tidaklah seorang saudara menyerahkan saudaranya yang lain tanpa mengetahui jelas ketsabatan dan ketsiqohan seseorang.

Yang memukul perasaan saya. Adalah saat dia mengatakan, kalau akhwat tarbiyah itu orangnya fleksibel, atau gampangan. Saya sedikit terhenyak dengan Al Akh dari Salafi ini. Yang mengatakan dengan tegas seperti itu, seperti tidak mempunyai dosa sama sekali saat mengatakan itu. Tetapi ada rasa bangga juga saat Al Akh dari Salafi mengatakan itu. Bangga, karena akhwat tarbiyah adalah akhwat yang tidak berashobiyah. Sehingga dengan mudah menikah dengan yang berlainan harakah. Saat saya terus menanyakan tentang kenapa dia mencari istri seorang kader tarbiyah. Dan alasan-alasannya. Lalu kenapa Al Akh dari salafi itu tidak mencari akhwat dari salafi sendiri atau mungkin dari HTI ataupun Jamaah Tabligh. Mereka, kurang lebih beralasan sebagai berikut:

1 Al Akh dari salafi itu mengatakan kalau ustadnya sudah tidak mempunyai persediaan akhwat. (stock habis)
2 Kalau mencari akhwat kader tarbiyah itu lebih mudah dan gampang karena kefleksibelannya.
3 Kalau mencari akhwat selain kader tarbiyah, Al akh dari salafi menyatakan sulit. Karena proteksi mereka terhadap jamaahnya terlalu ketat.
4 Dan Al Akh dari salafi itu mengatakan, banyak sekali akhwat harakah selain tarbiyah, sangat sulit menerima ikhwan dari salafi.

Dari dialog dengan saudara-saudara kita yang dari salafi. Terlihat sangat jelas, mereka sedang gundah karena jarang sekali akhwat yang mau menerima mereka. Selain akhwat tarbiyah. Sungguh indah bertarbiyah saat-saat sudah diajarkan bagaimana saling mencintai saudara sesama Islam. Sehingga tidak memilah dan memilih seseorang yang dari golongannya sendiri. Karena memang tarbiyah bukan dari golongan. Dan kader-kader tarbiyah adalah kader-kader yang menjunjung tinggi dalam nilai ukhuwahnya. Saya bisa mengambil kesimpulan dari empat item kesusahan beberapa Al Akh dari Salafi, bahwa ::

1 Akhwat dari kader-kader salafi sangat sedikit. Dan akhwat kader-kader tarbiyah, tak terbilang banyaknya. Berarti tarbiyah adalah pilihan yang tepat dan memang benar-benar dipilih oleh banyak akhwat. (Akhwat tarbiyah, unlimited)
2 Akhwat tarbiyah dengan mudah mau menikah dengan kader harakah lain. Karena adanya kekuatan ukhuwah yang sangat kuat. Dan tidak membeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya. Karena dalam tarbiyah, semua umat Islam adalah saudara.
3 Di tarbiyah untuk proteksi dalam jamaah, tidaklah sesulit seperti harakah lain. Kader-kader tarbiyah adalah kader-kader yang menjunjung nilai ukhuwah yang tinggi. Jadi tidak hanya akhwat tarbiyah yang menjunjung tinggi nilai ukhwah. Bahkan ikhwannya, tidak pernah menggolongkan keberbedaan dengan harakah lain termasuk salafi. Bahkan beberapa kali ada seorang ikhwan dari kader tarbiyah. Yang menjadi incaran seorang akhwat salafi dan kader harakah lain, untuk dijadikan suaminya.
4 Ikhwan dari salafi itu mengatakan banyak akhwat-akhwat dari kader harakah lain. Sulit untuk menerima ikhwan salafi. Tetapi sebenarnya bukan hanya akhwat, tetapi ikhwan pun dari harakah lain. Akan sulit menerima orang-orang salafi, jika dakwahnya terus-menerus selalu mencela dan melecehkan harakah-harakah lain, termasuk melecehkan tarbiyah. Tetapi untungnya ditarbiyah, kita tidak pernah diajarkan untuk membenci seseorang yang mengolok-olok kita. Di tarbiyah, dilarang untuk memusuhi orang-orang yang sukanya mengolok-olok dan melecehkan saudaranya sendiri.

Tetapi, ada kekhawatiran didiri saya sendiri. Jika kader-kader tarbiyah, terutama akhwat-akhwatnya. Jika mereka memudahkan untuk menerima kader-kader harakah lain. Ada kekhawatiran bagi diri ini, jika nanti suaminya akan melarang akhwat tarbiyah ini untuk bertarbiyah. Karena banyaknya harakah-harakah yang termasuk salafi yang tidak senang dengan tarbiyah, dan karena kekuatan sami’na wa ato’nanya seorang istri dari kader tarbiyah. Saya takut hal ini akan terjadi! Karena sungguh, hanya dengan bertarbiyahlah kita mengerti tentang Islam. Karena dengan bertarbiyahlah kita dapat mengetahui keindahan Islam. Dan karena dengan tarbiyahlah kita terus mengamalkan rahmatanlil’alamin didalam Islam. Dengan bertarbiyahlan khilafah Islam akan kembali.

Sumber : www.suara01.blogspot.com

Tidak ada komentar: